Bagaimana Menyiapkan Mental untuk Kalah

Ada salah seorang tetangga yang mempunyai potensi besar dalam mengumpulkan massa. atau biar enak katakan aja dia itu panutan masyarakat lah. Dia punya kelebihan dibanding orang lain dalam ilmu agama. Jadi kalau ada apa-apa yang berkenaan dengan musholla atau kampung halaman, pasti dia bisa diandalkan. karena memang dia kadar partisipasi sosialnya cukup tinggi.

Namun ada yang aneh belakangan ini, setelah dia gagal menjadi anggota legislatif dalam pemilu kemaren. Sikap atau kelakuan baik yang biasa dia lakukan telah mengalami perubahan. Entah karena apa, telah terjadi perputaran alur attitude yang cukup besar.

Menilik dari cerita tersebut dapat kita pahami bahwa telah terjadi sikap arogansi kekuasaan pada orang tersebut, disadari atau tidak. Kebiasaan untuk dihormati, kebiasaan untuk selalu berperan telah menghilangkan semangat untuk menghormati keberadaan orang lain yang lebih bisa diterima (jadi anggota legislatif).

Namun, telusur punya telusur. kejadian tersebut banyak terjadi pada caleg kita yang telah kalah. Mereka tidak menyiapkan mental untuk menjadi yang namanya "kalah". Nah, ada beberapa arahan nie (he.. kayak guru aja), yang bisa dijadikan pijakan biar kagak keterusan dan bisa akibatkan stress :

1. Introspeksi Diri
Sadar atau tidak sadar, kebanyakan dari kita selalu mengunggulkan diri kita. ngerasa paling pintar lah, paling tahu lah, dll. Nah, Kita mesti sadar bahwa di atas langit masih ada langit. kalau kita pintar pasti ada yang lebih pintar. Pastinya kita ndak akan sombong lagi nie. Setelah kita tahu siapa diri kita, tentunya kadar masing-masing diri kita ini kita udah tahu.
Batasan dan kemampuan diri akan bisa kita ukur.

2. Mengakui Kelebihan Orang Lain
Ini yang agak susah prakteknya. Karena posisi kita tu udah tinggi (menurut kita). Jadi kalau ada orang yang lebih pintar dari kita rasanya dunia ini akan ambruk.. (ndak becanda aja). Tapi bener lho, dengan kita bisa mengakui kelebihan orang lain. Pikiran akan tenang. Apapun yabng terjadi pada orang lain, perjalanan hidup kita tetap berjalan.

3. Menerima bagian yang Tuhan berikan ke Kita
Kalau udah bicara nasib, siapapun akan pasrah. Tapi ada juga yang sampe menyalahkan Tuhan lho, tragis nian. Tuhan pasti akan berikan segala sesuatu yang terbaik buat kita sesuai kadar kemampuan kita dalam menerima "nasib" itu.

Setalah berkaca dari ha-hal tersebut, mungkin banyak temen-temen yang gagal dalam pencalegan kemaren akan legowo dan bisa menerima kekalahan. Ada yang mau nambahi..?

1 komentar:

Mentari Yousof mengatakan...

4. tidak mengahbiskan seluruh tabungan.. hingga masih ada persediaan dana saat kalah :p

5. periksa kesehatan menthal sebelum ikut bersaing..hehehehe