Jika Ingin Besar, Berbuatlah Berbeda

Kali ini tentang teori 'Madness and Civilization'nya Michael Foucalt,
bahwa kegilaan akan melahirkan sebuah peradaban baru, kondisi baru, temuan baru, kehebatan baru. Kegilaan adalah pangkal dari perubahan.

Jika kita ingin menjadi berbeda, kita harus berbuat berbeda. Jika kita ingin hebat, maka kita harus menabrak pilar-pilar kebiasaan, tradisi, kecenderungan, karena hanya dengan cara demikianlah kita akan melahirkan peradaban bagi hidup kita, setidaknya.

Berbuat gilalah, maka anda akan berbeda !!...

(Andai Aku Jalan Kaki, masihkan engkau selalu ada untukku ?, karya Edi Mulyono)

kita bisa lihat, bahwa banyak orang2 menjadi sukses karena mereka berani berbeda.. untuk menjadi berbeda memang membutuhkan keberanian dan modal tentunya....
keberbedaan disini bisa berarti sesuatu yang baru, sesuatu yang asing, sesuatu inovasi, yang belum ada, sehingga bisa menjadi daya tarik/megnet. yang pastinya bisa mendatangkan keuntungan/kesuksesan.

bukankah Islam datang dan menjadi sukses karena berbeda.... ???
Nabi Muhammad membawa peradaban Islam dengan keberanian beliau untuk melawan langgam tradisi dan keyakinan masyarakat Quraisy, yang menyebabkan beliau diusir, dicaci, mau dibunuh, atau di sebut gila-lah, yang justru membuat nama beliau besar dan hebat bersama Islam.

Mario Teguh pun begitu, semua hero bukanlah orang yang berlaku kecil, tapi sangat besar, gila bahkan.

So... do something different, something crazy, take the risks, you will become different as you wish...

Membangun Kesadaran Sosial

Ada sebuah keluarga yang sedang punya hajat, yaitu mengadakan tasyakuran pernikahan anaknya. Suasananya cukup rame. Maklum, si empunya hajat menyebar 600 an undangan. Lumayan besar untuk ukuran kampungnya.

Setelah acara selesai, kado yang untuk tamu undangan masih sisa. Dari 600 yang dibuat ada 300 an yang masih utuh.Artinya ndak ada separo yang hadir. Usut punya usut, ternyata minat sosial keluarga ini sangat rendah.

Keluarga ini seperti orang asing di tengah kerumunan kehidupan masyarakat. Baik dari orang tua maupun anak-anaknya. Wajar saja kalau kehidupan masyarakat sekitar kurang begitu peduli.

Nah, contoh diatas memberikan gambaran betapa pentingnya kita hidup bermasyarakat. Menyadari bahwa kita juga mempunyai peran sosial yang harus kita mainkan.
Kalau ditelaah lebih dalam, kehidupan seperti contoh diatas agaknya akan banyak terjadi dalam masa sekarang dan mendatang. Mulai sekarang kita harus peka akan sekeliling kita. Kalau ndak mau, ya udah. Pergi aja ke hutan. Bagaimana menurut anda ?

Bagaimana Menyiapkan Mental untuk Kalah

Ada salah seorang tetangga yang mempunyai potensi besar dalam mengumpulkan massa. atau biar enak katakan aja dia itu panutan masyarakat lah. Dia punya kelebihan dibanding orang lain dalam ilmu agama. Jadi kalau ada apa-apa yang berkenaan dengan musholla atau kampung halaman, pasti dia bisa diandalkan. karena memang dia kadar partisipasi sosialnya cukup tinggi.

Namun ada yang aneh belakangan ini, setelah dia gagal menjadi anggota legislatif dalam pemilu kemaren. Sikap atau kelakuan baik yang biasa dia lakukan telah mengalami perubahan. Entah karena apa, telah terjadi perputaran alur attitude yang cukup besar.

Menilik dari cerita tersebut dapat kita pahami bahwa telah terjadi sikap arogansi kekuasaan pada orang tersebut, disadari atau tidak. Kebiasaan untuk dihormati, kebiasaan untuk selalu berperan telah menghilangkan semangat untuk menghormati keberadaan orang lain yang lebih bisa diterima (jadi anggota legislatif).

Namun, telusur punya telusur. kejadian tersebut banyak terjadi pada caleg kita yang telah kalah. Mereka tidak menyiapkan mental untuk menjadi yang namanya "kalah". Nah, ada beberapa arahan nie (he.. kayak guru aja), yang bisa dijadikan pijakan biar kagak keterusan dan bisa akibatkan stress :

1. Introspeksi Diri
Sadar atau tidak sadar, kebanyakan dari kita selalu mengunggulkan diri kita. ngerasa paling pintar lah, paling tahu lah, dll. Nah, Kita mesti sadar bahwa di atas langit masih ada langit. kalau kita pintar pasti ada yang lebih pintar. Pastinya kita ndak akan sombong lagi nie. Setelah kita tahu siapa diri kita, tentunya kadar masing-masing diri kita ini kita udah tahu.
Batasan dan kemampuan diri akan bisa kita ukur.

2. Mengakui Kelebihan Orang Lain
Ini yang agak susah prakteknya. Karena posisi kita tu udah tinggi (menurut kita). Jadi kalau ada orang yang lebih pintar dari kita rasanya dunia ini akan ambruk.. (ndak becanda aja). Tapi bener lho, dengan kita bisa mengakui kelebihan orang lain. Pikiran akan tenang. Apapun yabng terjadi pada orang lain, perjalanan hidup kita tetap berjalan.

3. Menerima bagian yang Tuhan berikan ke Kita
Kalau udah bicara nasib, siapapun akan pasrah. Tapi ada juga yang sampe menyalahkan Tuhan lho, tragis nian. Tuhan pasti akan berikan segala sesuatu yang terbaik buat kita sesuai kadar kemampuan kita dalam menerima "nasib" itu.

Setalah berkaca dari ha-hal tersebut, mungkin banyak temen-temen yang gagal dalam pencalegan kemaren akan legowo dan bisa menerima kekalahan. Ada yang mau nambahi..?

Jadilah Diri Sendiri

Judul di atas sering kita dengar, sampai-sampai kita bosan. Terdengar klise dan udah biasa. Tapi tahukah kamu...? bahwa untuk menjadi diri sendiri sangatlah sulit (termasuk bagi saya). Jadi teringat dulu, orang tua sering ngomel macem-macem pada kita. eh.. kita nya malahan ndak gubris dan malah kadang-kadang sewot sama omongan orang tua. Padahal kalau di telaah, omongan orang tua banyak benernya.

Kok ngelantur... well, be your-self..! itu yang udah jamak di telinga. Namun ada langkah-langkah yang perlu dilakukan agar kita dapat menjadi diri kita sendiri. yach, minimal berikut ini dulu yang perlu kita lakukan.

1. Kenalilah Diri Sendiri
Fase ini membutuhkan proses yang cukup panjang sebenarnya, karena kita dituntut untuk lebih detail kenal siapa diri kita. Mulailah dari bentuk fisik kita dulu, tinggi badan, berat badan, bentuk muka (ganteng/cantik atau standar atau malahan jelak..?) dll. kemudian kenali hal-hal yang mencakup non fisik, seperti seberapa pintarkah kita, seberapa bergunakah kita bagi orang lain. Ukurlah..! tentu saja pake kacamata obyektif, agar hasilnya pun real.

2. Kembangkan Potensi Diri
Setelah kita tahu who we are..? kelemahan dan kekurangan diri kita sedikit-demi sedikit kita kikis. Selanjutnya kita harus dapat memaksimalkan segala potensi dan kelebihan yang kita punyai, untuk pengembangan diri syukur-syukur bisa membantu orang lain.

3. Percaya Diri
Tanpa kita sadari, kita sering meniru orang lain. Baik dari gaya pakaian/mode maupun perilaku. Kita tidak pede dengan apa yang kita miliki. Ini kalau dibiarkan akan mengakibatkan kita kehilangan jati diri, gawat kan..?. so.. pede aja lagi. yakinlah bahwa dengan percaya akan diri sendiri bisa membuat kaki kita mudah untuk melangkah, kemanapun.

Tetap yakin bahwa tuhan menciptakan manusia dalam kondisi yang sama, jadi untuk menjadi menusia bermutu adalah sebuah pilihan. Kita tinggal memilih akan menjadi seperti apakah kita, apakah ingin menjadi manusia yang dapat melewati segala rintangan dan bersedia melawan tantangan. ataukah hanya pasrah saja dengan bagian yang telah Tuhan berikan.. Tergantung anda lah nasib kehidupan anda.